Alamat "DE-ER"

JL. RAYA SRUWEN KARANGGEDE 14 KM GENTAN SUSUKAN SEMARANG JAWA TENGAH 50777

Jumat, 28 Februari 2014

Fenomena Jilbab Muslimah Masa Kini



Bila kita berada di Masjid, sekolah, pasar, atau tempat-tempat umum lainnya. Cobalah kita perhatikan busana kaum Muslimah. Baik itu anak-anak, remaja, dewasa, mahasiswa, ibu-ibu, maupun nenek-nenek. Pemandangan menarik sekaligus memprihatinkan akan dapat kita saksikan.
Betapa tidak, di antara perempuan Muslim itu ada yang memakai busana Muslimah ala kadarnya. Ada yang masuk ke dalam masjid, berkerudung. Setelah keluar dari halaman masjid, kain kerudung pun dicopotnya. Ada yang berbusana Muslimah rapi tatkala akan jalan-jalan dan bertemu atasannya di kantor. Setelah keluar halaman masjid, kain kerudung yang melengkapi busananya dicopot, dan digantikan dengan topi.

Di masjid-masjid, juga dapat kita saksikan perempuan yang memakai kerudung gaul alias kain kerudung yang "bongkar-pasang". Ada yang mengenakan kain kerudung, tetapi kedua daun telinga dan rambutnya terlihat. Ada yang memakai busana Muslimah rapat-rapat, sehingga tidak ada satu pun bagian auratnya terlihat. Yang terlihat, justru "benjolan" bagian dadanya karena tubuhnya mirip "dilaminating". Kenapa? Selain itu, ada juga perempuan Muslimah memakai busana agak longgar yang menutupi seluruh bagian auratnya, kecuali telapak tangan dan wajah.
Di antara perempuan-perempuan yang menutupi bagian aurat tubuhnya, yang mudah dijumpai di masjid atau bukan, ternyata ada "komunitas perempuan" yang menjaga eksistensinya dengan tidak melakukan perubahan yang ekstrem.
Mereka tetap bergaul dengan rekan-rekannya seperti kalangan "ABG" (anak baru gede, red). Hanya ironisnya, di antara mereka ada yang kebablasan alias menutup aurat tubuhnya terlalu kencang sehingga "membentuk" bagian tubuhnya. Ada juga yang menutup aurat tubuhnya, hanya pada bagian tertentu. Bagian lainnya; yakni pinggang atau lingkar perut dibiarkan terbuka, sampai-sampai celana dalamnya terlihat.
Anak-anak atau remaja yang menutupi aurat tubuhnya dengan gaya seperti itu, jumlahnya memang minim. Akan tetapi, keberadaannya yang sering mencolok di tempat-tempat umum cenderung berdampak negatif pada kaum Muslimin.
Pemandangan ini sering kali kita saksikan di angkot, bus, atau sarana transportasi umum lainnya. Di angkot, misalnya, ketika remaja "ABG" masuk ke dalam angkot atau turun dari angkot, selalu terlihat lingkar pinggangnya, termasuk celana dalamnya. Sementara jika kita lihat bagian kepalanya, tampak tertutup kain kerudung.
Ada pula busana kaum ibu yang bagian lehernya dililit dengan kain kerudung. Sementara bagian dadanya, jelas ada dua "benjolan" besar yang bisa menstimulus rangsangan syahwat lawan jenis. Tak hanya itu, kerapkali kaum ibu yang masuk kategori ini, lebih senang memakai celana panjang dan kemeja atau kaos ukuran ketat. Akibatnya, lekuk-lekuk bagian tubuhnya mudah terlihat dan "menggoda" lawan jenis yang menyaksikannya.

Penyebab Wanita Berjilbab Gaul
Realita rendahnya pemahaman penggunaan busana Muslimah yang sesuai syariat Islam di kalangan remaja "ABG", agaknya sejalan dengan minimnya contoh berbusana Muslimah yang rapi yang ditunjukkan para orang tua.
Soalnya, banyak orang tua yang berbusana Muslimah lebih cenderung ngetrend sebagaimana yang dipakai para selebritis.
Contoh, kaum ibu yang berbusana Muslimah dengan menampakkan bagian lingkar perutnya. Akibatnya, tentu sang anak mencontohnya karena disangkanya berbusana model seperti itu sedang ngetrend.
Di tengah fenomena tersebut, kami berusaha untuk mendapatkan berbagai keterangan yang melatarbelakanginya. Konon, fenomena tersebut harus dilihat kasus per kasus dan diamati secara arif dengan mengedepankan pemakluman sehubungan perempuan yang berbusana semacam itu masih kategori "proses" menuju sempurna.
Benarkah?
Jawabannya, ternyata beragam. Menurut Drs. H. Bukhari Muslim, apabila mengetahui perempuan keliru dalam berbusana Muslimah sehingga terlihat lingkar perutnya atau lekuk-lekuk tubuhnya, hendaknya segera diingatkan. Kenapa? Karena, kalau dibiarkan, kelak akan terus-terusan melakukan kesalahan dan hal itu berakibat fatal terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Bagaimana seandainya pemakaian busana Muslimah itu meniru selebritis?
Dalam pandangan Bukhori Muslim, dibolehkan saja meniru cara berbusana Muslimahnya selebritis. Adapun yang jadi persoalan apakah gaya berbusana Muslimahnya kaum selebritis itu sudah sesuai dengan syariat Islam?
Karena, acapkali sebagian selebritis berbusana Muslimah hanya untuk keperluan acting di layar televisi atau sinetron. Seusai acara itu, mereka berbusana membuka auratnya kembali.
Kalaupun memang berbusana Muslimah, apakah modelnya benar-benar menutupi seluruh bagian aurat tubuhnya.
Problem berbusana Muslimah pada momentum Ramadhan atau pasca-Ramadhan ini, tentunya tidak terlepas dari semaraknya model-model busana Muslimah di pasaran. Pasalnya, ada sejumlah desainer yang memproduksi busana Muslimah dengan tidak memperhatikan aspek persyaratan sebagaimana diajarkan dalam Islam.
Demikian halnya, pola sosialisasi busana yang kurang memenuhi syarat itu secara tak sengaja atau mungkin juga disengaja, dapat disaksikan pada acara-acara fashion show. Umpamanya, ada sejumlah model atau bahkan selebritis yang bergaya memakai busana Muslimah yang kurang memenuhi persyaratan tersebut. Lalu, pers pun mengeksposenya, dan masyarakat pun menyerapnya serta terdorong untuk mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, ada pula sejumlah desainer yang sangat hati-hati dalam menciptakan produknya. Terkadang di antara desainer itu ada yang berkonsultasi kepada ulama, sekadar meyakinkan bahwa produk busananya telah sesuai dengan syariat Islam.
Di sisi lain, ada beberapa desainer yang memberi nama produknya sekadar menimbulkan daya tarik masyarakat. Umpamanya, "Rabbani" memberi istilah tertentu pada produk kerudungnya. Ada yang namanya "Kismis" yang merupakan kepanjangan "kerudung instan manis".
Selain itu, ada pula "kerudung innova" dengan renda zipper di kepala. "Kerudung ini semua merupakan hasil karya tim desain Rabbani yang dipimpin Ibu Hj. Nia Kurnia Amri.
Menurut staf Rabbani, Siti M., kerudung bukan hal yang asing bagi setiap perempuan Muslim. Banyak jenis kerudung yang beredar di pasaran, bahkan di beberapa outlet yang secara khusus menyediakan satu jenis kerudung.
Bagaimana dengan daya beli masyarakat terhadap kerudung saat ini? Di bulan Ramadhan ini, ungkap Siti M., kerudung sangat diminati masyarakat. "Sempat ada kekhawatiran sehubungan naiknya harga BBM akan terjadi penurunan penjualan, ternyata hal itu tidak terjadi. Justru terjadi peningkatan peminat. Ini berarti kerudung yang kami produk diminati. Mungkin karena harganya terjangkau masyarakat," kata Siti kepada pers yang menemuinya di kantor Rabbani Jln. Hasanudin, Bandung.
Bisa saja, jilbab gaul sebagai langkah awal agar bisa mengenakan jilbab yang sesuai dengan ajaran Islam. Kalau hal ini benar, maka sudah menjadi tugas para dai untuk mengarahkan pemakai jilbab gaul untuk lebih memahami dan mengamalkan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lembaga Amil Zakat