Bila kita berada di Masjid, sekolah, pasar, atau
tempat-tempat umum lainnya. Cobalah kita perhatikan busana kaum Muslimah. Baik
itu anak-anak, remaja, dewasa, mahasiswa, ibu-ibu, maupun nenek-nenek.
Pemandangan menarik sekaligus memprihatinkan akan dapat kita saksikan.
Betapa tidak, di antara perempuan Muslim itu ada yang
memakai busana Muslimah ala kadarnya. Ada yang masuk ke dalam masjid,
berkerudung. Setelah keluar dari halaman masjid, kain kerudung pun dicopotnya.
Ada yang berbusana Muslimah rapi tatkala akan jalan-jalan dan bertemu atasannya
di kantor. Setelah keluar halaman masjid, kain kerudung yang melengkapi
busananya dicopot, dan digantikan dengan topi.
Di masjid-masjid, juga dapat kita saksikan perempuan
yang memakai kerudung gaul alias kain kerudung yang "bongkar-pasang".
Ada yang mengenakan kain kerudung, tetapi kedua daun telinga dan rambutnya
terlihat. Ada yang memakai busana Muslimah rapat-rapat, sehingga tidak ada satu
pun bagian auratnya terlihat. Yang terlihat, justru "benjolan" bagian
dadanya karena tubuhnya mirip "dilaminating". Kenapa? Selain
itu, ada juga perempuan Muslimah memakai busana agak longgar yang menutupi
seluruh bagian auratnya, kecuali telapak tangan dan wajah.
Di antara perempuan-perempuan yang menutupi bagian
aurat tubuhnya, yang mudah dijumpai di masjid atau bukan, ternyata ada
"komunitas perempuan" yang menjaga eksistensinya dengan tidak
melakukan perubahan yang ekstrem.
Mereka tetap bergaul dengan rekan-rekannya seperti
kalangan "ABG" (anak baru gede, red). Hanya ironisnya, di antara
mereka ada yang kebablasan alias menutup aurat tubuhnya terlalu kencang
sehingga "membentuk" bagian tubuhnya. Ada juga yang menutup aurat
tubuhnya, hanya pada bagian tertentu. Bagian lainnya; yakni pinggang atau
lingkar perut dibiarkan terbuka, sampai-sampai celana dalamnya terlihat.
Anak-anak atau remaja yang menutupi aurat tubuhnya
dengan gaya seperti itu, jumlahnya memang minim. Akan tetapi, keberadaannya
yang sering mencolok di tempat-tempat umum cenderung berdampak negatif pada
kaum Muslimin.
Pemandangan ini sering kali kita saksikan di angkot,
bus, atau sarana transportasi umum lainnya. Di angkot, misalnya, ketika remaja
"ABG" masuk ke dalam angkot atau turun dari angkot, selalu terlihat
lingkar pinggangnya, termasuk celana dalamnya. Sementara jika kita lihat bagian
kepalanya, tampak tertutup kain kerudung.
Ada pula busana kaum ibu yang bagian lehernya dililit
dengan kain kerudung. Sementara bagian dadanya, jelas ada dua
"benjolan" besar yang bisa menstimulus rangsangan syahwat lawan
jenis. Tak hanya itu, kerapkali kaum ibu yang masuk kategori ini, lebih senang
memakai celana panjang dan kemeja atau kaos ukuran ketat. Akibatnya,
lekuk-lekuk bagian tubuhnya mudah terlihat dan "menggoda" lawan jenis
yang menyaksikannya.
Penyebab Wanita Berjilbab Gaul
Realita rendahnya pemahaman penggunaan busana Muslimah
yang sesuai syariat Islam di kalangan remaja "ABG", agaknya sejalan
dengan minimnya contoh berbusana Muslimah yang rapi yang ditunjukkan para orang
tua.
Soalnya, banyak orang tua yang berbusana Muslimah lebih
cenderung ngetrend sebagaimana yang dipakai para selebritis.
Contoh, kaum ibu yang berbusana Muslimah dengan
menampakkan bagian lingkar perutnya. Akibatnya, tentu sang anak mencontohnya
karena disangkanya berbusana model seperti itu sedang ngetrend.
Di tengah fenomena tersebut, kami berusaha untuk mendapatkan
berbagai keterangan yang melatarbelakanginya. Konon, fenomena tersebut harus
dilihat kasus per kasus dan diamati secara arif dengan mengedepankan pemakluman
sehubungan perempuan yang berbusana semacam itu masih kategori
"proses" menuju sempurna.
Benarkah?
Jawabannya, ternyata beragam. Menurut Drs. H. Bukhari
Muslim, apabila mengetahui perempuan keliru dalam berbusana Muslimah sehingga
terlihat lingkar perutnya atau lekuk-lekuk tubuhnya, hendaknya segera
diingatkan. Kenapa? Karena, kalau dibiarkan, kelak akan terus-terusan melakukan
kesalahan dan hal itu berakibat fatal terhadap dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
Bagaimana seandainya pemakaian busana Muslimah itu
meniru selebritis?
Dalam pandangan Bukhori Muslim, dibolehkan saja meniru
cara berbusana Muslimahnya selebritis. Adapun yang jadi persoalan apakah gaya
berbusana Muslimahnya kaum selebritis itu sudah sesuai dengan syariat Islam?
Karena, acapkali sebagian selebritis berbusana Muslimah
hanya untuk keperluan acting di layar televisi atau sinetron. Seusai acara itu,
mereka berbusana membuka auratnya kembali.
Kalaupun memang berbusana Muslimah, apakah modelnya
benar-benar menutupi seluruh bagian aurat tubuhnya.
Problem berbusana Muslimah pada momentum Ramadhan atau
pasca-Ramadhan ini, tentunya tidak terlepas dari semaraknya model-model busana
Muslimah di pasaran. Pasalnya, ada sejumlah desainer yang memproduksi busana
Muslimah dengan tidak memperhatikan aspek persyaratan sebagaimana diajarkan
dalam Islam.
Demikian halnya, pola sosialisasi busana yang kurang
memenuhi syarat itu secara tak sengaja atau mungkin juga disengaja, dapat
disaksikan pada acara-acara fashion show. Umpamanya, ada sejumlah model atau
bahkan selebritis yang bergaya memakai busana Muslimah yang kurang memenuhi
persyaratan tersebut. Lalu, pers pun mengeksposenya, dan masyarakat pun
menyerapnya serta terdorong untuk mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, ada pula sejumlah desainer yang sangat
hati-hati dalam menciptakan produknya. Terkadang di antara desainer itu ada
yang berkonsultasi kepada ulama, sekadar meyakinkan bahwa produk busananya
telah sesuai dengan syariat Islam.
Di sisi lain, ada beberapa desainer yang memberi nama
produknya sekadar menimbulkan daya tarik masyarakat. Umpamanya,
"Rabbani" memberi istilah tertentu pada produk kerudungnya. Ada yang
namanya "Kismis" yang merupakan kepanjangan "kerudung instan
manis".
Selain itu, ada pula "kerudung innova" dengan
renda zipper di kepala. "Kerudung ini semua merupakan hasil karya tim
desain Rabbani yang dipimpin Ibu Hj. Nia Kurnia Amri.
Menurut staf Rabbani, Siti M., kerudung bukan hal yang
asing bagi setiap perempuan Muslim. Banyak jenis kerudung yang beredar di
pasaran, bahkan di beberapa outlet yang secara khusus menyediakan satu jenis
kerudung.
Bagaimana dengan daya beli masyarakat terhadap kerudung
saat ini? Di bulan Ramadhan ini, ungkap Siti M., kerudung sangat diminati
masyarakat. "Sempat ada kekhawatiran sehubungan naiknya harga BBM akan
terjadi penurunan penjualan, ternyata hal itu tidak terjadi. Justru terjadi
peningkatan peminat. Ini berarti kerudung yang kami produk diminati. Mungkin
karena harganya terjangkau masyarakat," kata Siti kepada pers yang
menemuinya di kantor Rabbani Jln. Hasanudin, Bandung.
Bisa saja, jilbab gaul sebagai langkah awal agar bisa
mengenakan jilbab yang sesuai dengan ajaran Islam. Kalau hal ini benar, maka
sudah menjadi tugas para dai untuk mengarahkan pemakai jilbab gaul untuk lebih
memahami dan mengamalkan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar